Selasa, 30 Juni 2015

PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH INDUSTRI PABRIK TAHU



BAB I
LATAR BELAKANG

Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Di lain pihak hal tersebut juga memberi dampak pada lingkungan akibat buangan industri maupun eksploitasi sumber daya yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Kondisi ini seharusnya dipahami bahwa harus ada transformasi kerangka kontekstual dalam pengelolaan industri, yakni keyakinan bahwa: operasi industri secara keseluruhan harus menjamin sistem lingkungan alam berfungsi sebagaimana mestinya dalam batasan ekosistem lokal hingga biosfer. (Hambali, 2003).
Berbagai industri selain menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia juga menghasilkan buangan atau limbah. Limbah adalah suatu benda atau zat yang dapat mengandung berbagai bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta makhluk hidup lainnya.  Industri tahu sebagai salah satu industri primer (pertanian), dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah padat maupun cair. Limbah padat (Whey) dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake.
Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu umumnya memiliki karakteristik kandungan bahan organik tinggi sehingga kadar BOD, COD yang dimilikinya juga relatif tinggi cukup tinggi.  Limbah tersebut jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.
Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat.  Dalam tulisan ini akan dibahas pencemaran dari limbah industri pertanian yaitu pabrik tahu  


BAB II
KASUS DAN PEMBAHASAN


2.1       Rona Lingkungan    
            Rona lingkungan yang dikemukakan dalam kajian ini dibatasi bukan pada aktivitas fisik (proyek) tapi pada kondisi lingkungan berkaitan operasional kegiatan pabrik. Rona lingkungan lingkungan wilayah sekitar pabrik yang akan dikaji secara sekilas meliputi:
a.         Fisik dan kimia, merupakan daerah pemukiman padat, pertokoan, terdapat jalan raya utama dan terdapat sungai dengan kondisi relatif jernih tidak berbau relatif mengalir deras,
b.        Biologi, terdapat tumbuhan sungai, ikan, merupakan daerah persawahan dengan berbagai usaha  (padi, jagung dan kacang tanah) selain itu terdapat pula tanaman lainnya seperti mangga, pisang dan aneka tanaman pohon.
c.         Sosial budaya, sebagai daerah desa-kota masyarakat setempat masih menggunakannya untuk mandi, cuci dan buang air besar, namun demikian terdapat masyarakat yang telah maju dengan perumahan yang baik dan tingkat pendidikan relatif tinggi.
d.        Ekonomi, merupakan jalur utama antar kota kecamatan dan kabupaten maka arus aktivitas ekonomi (perdagangan) relatif lancar dengan berbagai kegiatan penduduk disekitarnya seperti pertukangan, pertokoan, warung dan perbengkelan serta pertanian. Secara gambar rona lingkungan wilayah pabrik dapat dilihat pada Gambar 1.
 
Gambar 1. Peta situasi perumahan daerah sekitar pabrik tahu Purnomo

2.2       Hasil Pengamatan    
            Proses pembuatan tahu relatif sederhana, protein nabati dalam bahan baku diekstraksi secara fisika dan digumpalkan dengan koagulan asam cuka (CH3COOH) dan batu tahu (CaSO4 nH2O) (Santoso, 1993).  Dalam pemrosesannya, tiap tahapan proses umumnya menggunakan air sebagai bahan pembantu dalam jumlah yang relatif banyak.  Menurut Nuraida (1985), untuk tiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter dan akan dihasilkan limbah cair berupa Whey tahu rata-rata 43,5 liter. Mengingat bahwa bahan dasar tahu adalah kedele (dengan BO tinggi) maka Whey umumnya mengandung bahan-bahan organik berupa protein 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10% (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair menjadi senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI – Bapedal, 1994). 
Husin (2003), melaporkan bahwa air buangan industri tahu mengandung BOD 3250 mg/l, COD 6520 mg/l, TSS 1500 mg/l dan nitrogen (N) 1,76 mg/l. Apabila dibandingkan dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai dengan Kep Men LH. No. Kep 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD, COD dan TSS berturut-turut adalah 50, 100 dan 200 mg/l, maka jelas bahwa limbah cair industri tahu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan.
            Industri tahu dalam proses pengolahannya sebenarnya menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Mengingat Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi maka kadar BOD, COD nya relatif cukup tinggi pula, sehingga jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu sesungguhnya industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.



2.3       Solusi Perbaikan
            Berdasarkan kasus dari pengamatan di atas maka dibutuhkan perbaikan-perbaikan agar pembuangan limbah dan khususnya limbah tahu tidak lagi merusak lingkungan sekitarnya. Berikut usulan perbaikan yang layak dijadikan solusi bersama:
1.         Perbaikan teknologi pengolahan limbah
2.         Perilaku masyarakat untuk MCK khusus tidak disungai
3.         Pemantauan terhadap buangan limbah harus benar-benar dilaksananakan
4.         Penegakan Perda secara konsisten
5.         Kerjasama lintas sektor untuk pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

EMDI – BAPEDAL, 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia: Sumber Pengendalian Baku Mutu EMDI – BAPEDAL.
Farizd, Raden. 2012. pencemaran dari limbah industri pertanian pabrik tahu. Universitas trunojoyo Madura: Madura
Hambali. (2003). Analisis Resiko Lingkungan (Studi Kasus Limbah Pabrik CPO PT Kresna Duta Agroindo Kabupaten Merangin, Jambi). Program Pascasarjana, Program Studi Magister Teknik  Lingkungan ITS, Surabaya.
Husin, A. 2003.  Pengolaha Limbah cair industri Tahu, menggunakan Biji kelor (Morinaga oeleifera Seeds) Sebagai Koagulan, Laporan Penelitian Dsen Muda, Fakultas Teknik USU.
Nurhasan dan Pramudyanto, B. B., 1991.  Penanganan Air Limbah Tahu. Yayasan Bina Karya Lestari, Jakarta.
Santoso, H. B. 1993.  Tempe dan Tahu kedelai.  Kanisius, Yogyakarta.


Kamis, 25 Juni 2015

TEORI MENGENAI INDUSTRI




1.   Pengertian Industri
          Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatanekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia (Sumaatmaja, 1981).

2    Pengelompokan Jenis Industri
          Departemen Perindustrian mengelompokan industri nasional Indonesia dalam 3 kelompok besar yaitu:
1. Industri Dasar
          Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri silikat dan sebagainya. Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.
2. Aneka industri (AL)
          Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang menolah sumber daya hutan, industri yang menolah sumber daya pertanian secara luas dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.
3. Industri Kecil
          Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan sebagainya). Industri di Indonesia dapat digolongkan kedalam beberapa macam kelompok. Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan,yaitu:
1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100orang atau lebih,
2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,
3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,
4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang (BPS, 2002).
          Dalam mendukung suatu industri dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi antara lain (Partadirja, 1985) :
a.       Faktor Produksi Modal, yang terdiri atas:
·          Modal buatan manusia yang terdiri dari bangunan-bangunan, mesin-mesin, jalan raya, kereta api, bahan mentah, persediaan barang jadi dan setengah jadi.
·          Lahan terdiri dari tanah, air, udara, mineral di dalamnya,termasuk sinar matahari.
b.       Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari:
·          Tenaga kerja atau buruh berupa jumlah pekerja termasuk tingkat pendidikan dan tingkat keahliannya.
·          Kewirausahaan sebagai kecakapan seseorang untuk mengoganisasi faktor-faktor produksi lain beserta resiko yang dipikulnya berupa keuntungan dan kerugian.
          Dalam meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi perlu didukung dengan kemajuan teknologi. Hicks mengklasifikasian kemajuan teknologi berdasarkan pengaruhnya terhadap kombinasi penggunaan faktor produksi (Rahardja, 1999):
a.       Teknologi padat modal, bila kemajuan teknologi mengakibatkan porsi pengunaan barang-barang modal menjadi lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja.
b.       Teknologi netral apabila tidak terjadi perubahan rasio faktor produksi modal dan tenaga kerja.
c.        Teknologi padat karya, apabila penggunaan faktor produksi tenaga kerja lebih dari penggunaan modal.
          Untuk meningkatkan hasil produksi dalam sebuah perusahaan tidak cukup hanya dengan menggunakan teknologi yang canggih saja, tetapi juga memerlukan tenaga kerja yang memiliki skill yang tinggi untuk mengoperasikannya. Dengandemikian diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian, kemampuan dan keterampilan kerja (Siswanto, 1989).
          Menurut undang-undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991: 927) tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

3.   Pengertian Tenaga Kerja
          Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, di dalamnya meliputi buruh. Buruh yang dimaksud adalahmereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secaraharian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Siswanto, 1989: 9).
          Selain itu juga, pengertian tenaga kerja menurut BPS adalah salah satu moda bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja selalu mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya dinamika penduduk. Ketidakseimbangan antara jumlah angkatan dan lowongan kerja yang tersedia menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial. Pengertian tenaga kerja dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja pada suatu perusahaan yang di dalam maupun di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang. Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi sehingga dalam kegiatan industri diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

4.   Penggolongan Tenaga Kerja
          Dari segi keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu.
1.     Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.
2.     Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan tukang memperbaiki televisi dan radio.
3.     Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli ekonomi, dan insinyur.
Tenaga kerja di Indonesia menghadapi permasalahan dalam hal produktifitasnya yang rendah. Di samping itu masalah yang timbul dari ketenagakerjaan adalah ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan pada suatu tingkat upah tertentu. Keadaan umum yang terjadi adalah adanya kelebihan jumlah penawaran tenaga kerja tertentu. Hal ini terjadi akibat jumlah orang yang mencari pekerjaan atau yang menganggur semakin besar. Keadaan tersebut membawa konsekuensi terhadap usaha penyediaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru (Kusumo Sudiro,1981).
          Dengan adanya permasalahan mengenai ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, maka perlu upaya peningkatan mutu tenaga kerja, dan meningkatkan sumberdaya manusia yang baik akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mempunyai produktifitas yang tinggi. Akibatnya tenaga kerja akan mudah dalam mencari kerja, atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri (Ananta, 1986).

5.       Pengertian Rantai Produksi
          Rantai produksi adalah langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka untuk mengubah bahan baku menjadi barang yang kemudian dapat digunakan oleh konsumen seperti kau dan aku. Pada setiap langkah dalam rantai produksi, nilai yang ditambahkan ke produk sehingga bisa dijual dengan jumlah yang lebih besar ketika menjadi produk akhir. Nilai ini akan ditambahkan melalui penambahan tenaga kerja, bangunan, bahan baku dan atau manufaktur dan pengolahan. Sebuah rantai produksi yang khas akan terlihat seperti ini:
1.     Produsen primer selalu tahap pertama dalam rantai apapun, dan bagian yang mereka mainkan untuk menghasilkan bahan baku dari produk akhir yang kemudian akan dibuat.
2.     Tahap produksi sekunder adalah ketika produk itu sendiri mengambil bentuk di tangan perusahaan manufaktur. Perusahaan-perusahaan ini membawa bersama produk dan bahan baku lain untuk menciptakan produk akhir.
3.     Tahap terakhir dan akhir di setiap rantai produksi adalah menjual produk yang sebenarnya sampai ke konsumen. Seorang pengecer seperti supermarket akan membeli sejumlah besar produk akhir dari pemasok, untuk kemudian menjual konsumen.

6.       Teori Ekonomi Lokal
          Pembangunan ekonomi lokal dimaksudkan untuk menggambarkan proses dimana pemerintah daerah maupun masyarakat mengorganisir aktifitas bisnis maupun lapangan kerja untuk tujuan bersama. Tujuan dari pembangunan ekonomi lokal adalah untuk memberikan kesempatan kerja serta mampu memperbaiki masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi antara lain disebutkan bahwa:
a)     Pembangunan memfokuskan pada pengurangan kemiskinan, pembangunan perdesaan, polarisasi sosial serta perubahan pola piker.
b)    Terminologi lokal atau daerah ekonomi menggambarkanarea geografis suatu kekuasaan pemerintahan.
c)     Daya saing adalah kemampuan suatu usaha untuk menciptakan keseimbangan baru.
          Ekonomi lokal adalah pengembangan wilayah yang sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang ditopang ole kelembagaan-kelembagaan di wilayah tersebut meliputi, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pengusaha lokal dan masyarakat, selain itu konsep pembangunan ekonomi yang bersifat sektoral tersebut mengabaikan konteks kewilayahan dan partisipasi masyarakat lokal (Blakely, 1987). sedangkan menurut (Firman, 1999) definisi ekonomi lokal adalah sebagai berikut:
Ø Penambahan suatu lokasi secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri, berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik sumber daya alam, geografis, kelembagaan, kewiraswastaan, pendidikan tinggi,, asosiasi profesi maupun lainnya.
Ø Ditumbuhkembangkan terutama oleh masyarakat lokal (lokal community) itu sendiri.
Ø Dilakukan pada skala yang kecil
Ø Mengorganisasi serta mentrasformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal
Ø Diperlukan kehadiran para penggagas.
          Dari definisi tersebut diatas maka timbul kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut:
·        Bahan baku dan sumber daya lokal
·        Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal
·        Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja local
·        Melibatkan sebagian besar penduduk lokal
·        Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja
·        Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi
·        Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain
·        Memunculkan wiraswasta baru.
          Konsep pengembangan ekonomi lokal yang dikemukakan oleh Blakely memiliki 4 komponen, yaitu:
a)     Penyerapan tenaga kerja
b)    Dasar pengembangan
c)     Lokasi
d)    Sumber daya ilmu
          Sasaran utama pembangunan ekonomi dalam konsep pengembangan ekonomi lokal ini adalah meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia, yang diperoleh dari pengembangan potensi ekonomi yang ada pada suatu masyarakat. Karena dengan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia tersebut, dalam proses jangka panjang, akan memicu terjadinya peningkatan produktivitas dan kesejateraan suatu masyarakat.untuk mencapai penigkatan jumlah dan jenis peluang kerja tersebut, masyarakat suatu daerah harus mampu untuk mengambil suatu inisiatif dalam memikirkan dan mengidentifikasikan potensi-potensi sumber daya yang dimiliki, untuk membangun dan mengembangkan perekonomian daerahnya. Karena itu konsep pengembangan ekonomi lokal, lebih banyak ditekankan pada penumbuhan dan pengembangan peran, partisipasi dan inisiatif masyarakat lokal dalam meningkatkan perekonomian dan kesejateraan hidupnya.
          Dalam pengembangan ekonomi lokal bila dikaitkan dengan kegiatan sektor ekonomi yang terdapat di suatu wilayah tidak akan terlepas dari bagaimana sektor ekonomi tersebut dapat berperan sebagai pemacu berkembanganya sektor-sektor lain di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan memiliki keterkaitan yang kuat dengan karakter dan potensi lokal, kegiatan bersangkutan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan perekonomian setempat, selain itu cenderung akan menggunakan bahan baku dan bahan penolong dari wilayahnya sendiri sehingga multiplier pengembangan industri akan jatuh didaerahnya sendiri.
          Hal ini sejalan dengan pendapat Yeates dan Gardner (dalam Herawati, 2003), industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan serta pertumbuhan wilayah dan kota melalui efek multiplier dan inovasi yang ditimbulkannya. Kemampuan suatu kegiatan ekonomi utama untuk menciptakan efek multiplier yang antara lain berupa munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan akan memberikan dampak besar bagi pengembangan wilayah (Tarigan, 2004).

7.       Teori Multiplier Effect
          Teori multiplier effect menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain (Glasson, 1990). Teori Multiplier Effect berkaitan dengan pengembangan perekonomian suatu daerah. Makin banyak kegiatan yang timbul makin tinggi pula dinamisasi suatu wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan pengembangan wilayah. Perkembangan multiplier effect selain dilihat pada industri kaos yang berada di kawasan Suci Kota Bandung, hal demikian juga dapat ditemui di industri sepatu yang berada di kawasan Cibaduyut Kota Bandung. Perkembangan industri Cibuduyut bermula dari gagasan penduduk sekitar yang berinisiatif membuka toko sepatu produksi sendiri, yang kemudian mengalami peningkatan sehingga mengakibatkan bermunculan industri/toko-toko sepatu di sepanjang koridor jalan Cibaduyut. Sampai sekarang kawasan tersebut menjadi terkenal bukan saja dalam Kota Bandung namun sampai keluar Kota Bandung. Kondisi demikian ikut berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat sekitar karena ikut mengembangkan perekonomian lokal.

8.       Teori Aglomerasi Industri
          Aglomerasi menurut teori lokasi modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan komparatif dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota (Soepono, 2002). Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut :
1.     Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak.
2.     Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri.
3.     Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi.
4.     Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
5.     Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.
6.     Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020.
7.     Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan
          Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lainlain. Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini:
a) Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b) Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c) Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor  modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegi atan yang sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
a) Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
b) Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c) Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d) Organisasi produksi yang masih tradisional.
          Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi  pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap  perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah. Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping externality) yang dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk yang menimbulkan eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang mirip namun tidak sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison shopping) menyangkut corak, harga, kualitas dan merek sebelum memutuskan untuk membeli. Misalnya dalam membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha, Susuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang komplementer adalah barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.

9.       Analisis Statistik Deskriptif Dan Kualitatif
1)       Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk menyajikan, menggambarkan data baik dalam bentuk tabel, ataupun diagram. Statistik deskriptif pada transformasi data mentah kedalam suatu bentuk yang lebih mudah dipahami dan ditafsirkan maksud dari data atau angka yang menggambarkan jawaban-jawaban observasi.
2)        Analisis Kualitatif
          Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantic antarvariabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variable-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:
a.   Mengorganisir data
b.   Membuat kategori, menentukan tema, dan pola
c.   Menguji hipotesa dengan menggunakan data yang ada
d.   Mencari eksplansi alternative data
e.Menulis laporan