Ikatan Terapis Bekam Indonesia (ITBI)
Teknologi medis boleh saja merambati
modernisasi dan shopisticasi yang sulit diukur. Namun perkembangan jenis
penyakit juga tidak kalah cepat beregenerasi. Sementara banyak manusia
yang tidak menyadari bahwa Allah SWT tidak pernah menciptakan manusia
dengan ditinggalkan begitu saja. Setiap kali penyakit muncul, pasti Allah
SWT juga menciptakan obatnya. Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah SWT
menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia turunkan penyembuhnya.” (HR.
Al-Bukhari dan Ibnu Majah) Hanya saja ada manusia yang mengetahuinya dan
ada yang tidak mengetahuinya. Kenyataan lain yang harus disadari oleh manusia,
bahwa apabila Allah SWT secara tegas memberikan petunjuk pengobatan, maka
petunjuk pengobatan itu sudah pasti lebih bersifat pasti dan bernilai
absolut. Dan memang demikianlah kenyataannya. Islam yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW, bukan saja memberi petunjuk tentang perikehidupan dan
tata cara ibadah kepada Allah SWT secara khusus yang akan membawa
keselamatan dunia dan akhirat.
tetapi juga memberikan banyak
petunjuk praktis dan formula umum yang dapat digunakan untuk menjaga
keselamatan lahir dan batin, termasuk yang berkaitan dengan terapi atau
pengobatan. Petunjuk praktis dan kaidah medis tersebut banyak sekali didemonstrasikan
oleh Rasulullah SAW dan diajarkan kepada para sahabatnya. Bila kesemua
formula dan kaidah praktis itu dipelajari secara seksama, tidak syak lagi
bahwa kaum Muslimin dapat mengembangkannya menjadi sebuah sistem dan
metode pengobatan yang tidak ada duanya. Disitulah akan terlihat korelasi yang
erat antara sistem pengobatan Ilahi dengan sistem pengobatan manusia.
Karena Allah SWT telah menegaskan:
“Telah diciptakan bagi kalian semua
segala apa yang ada di muka bumi ini.” Ilmu pengobatan berikut segala
media dan materinya, termasuk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk
kepentingan umat manusia.
Camkanlah!
Islam adalah agama yang sempurna, yang dibawa Rasulullah SAW bukan hanya kepada
orang sehat tapi juga kepada orang yang sakit, maka syariatnya juga
disediakan.Untuk itu seyogyanya kaum Muslimin menghidupkan kembali kepercayaan
terhadap berbagai jenis obat dan metode pengobatan yang diajarkan
Rasulullah SAW sebagai metode terbaik untuk mengatasi berbagai macam
penyakit. Namun tentu semua jenis pengobatan dan obat-obatan tersebut hanya
terasa khasiatnya bila disertai dengan sugesti dan keyakinan.
Karena-demikian dinyatakan Ibnul Qayyim-keyakinan adalah doa. Bila
pengobatan manusia mengenal istilah placebo (semacam penanaman sugesti lalu
memberikan obat netral yang sebenarnya bukan obat dari penyakit yang
dideritanya), maka Islam mengenal istilah doa dan keyakinan. Dengan pengobatan
yang tepat, dosis yang sesuai disertai doa dan keyakinan, tidak ada
penyakit yang tidak bisa diobati, kecuali penyakit yang membawa kematian.
Jabir RA membawakan hadits dari Rasulullah SAW: “Setiap penyakit ada obatnya.
Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah SWT.” (HR.
Muslim)
Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih
sarat dengan beragam penyembuhan dan obat yang bermanfaat dengan izin
Allah SWT. Sehingga mestinya kita tidak terlebih dahulu berpaling
dan meninggalkannya untuk beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada di
masa sekarang.
Karena
itulah Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata: “Sungguh para tabib telah sepakat bahwa
ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan makanan maka jangan beralih kepada
obatobatan kimiawi. Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana,
maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan: ‘Setiap
penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan,
janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan kimiawi’.”
Ibnul Qayyim juga berkata:
“Berpalingnya manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya
mereka dari pengobatan dengan Al-Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat.”
Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang muslim menjadikan
pengobatan nabawiyyah sekedar sebagai pengobatan alternatif. Justru
sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena
kepastiannya datang dari Allah SWT lewat lisan Rasul-Nya SAW. Sementara
pengobatan dengan obat-obatan kimiawi (pengobatan cara barat) kepastiannya tidak
seperti kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan
Nabi SAW diyakini kesembuhannya karena bersumber dari wahyu. Sementara
pengobatan dari selain Nabi SAW kebanyakannya dugaan atau dengan
pengalaman / uji coba.
Ibnul Qayyim berkata: “Pengobatan
ala-Nabi tidak seperti layaknya pengobatan para ahli medis. Pengobatan ala-Nabi
dapat diyakini dan bersifat pasti (qath’i), bernuansi ilahy, berasal
dari wahyu dan misykat nubuwah serta kesempurnaan akal. Namun tentunya,
berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hamba tidak
boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh
meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan sakitnya. Seharusnya ia bersandar
dan bergantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan menurunkan obatnya
sekaligus, yakni Allah SWT. Seorang hamba hendaknya selalu bersandar
kepada-Nya dalam segala keadaannya. Hendaknya ia selalu berdoa memohon
kepada- Nya agar menghilangkan segala kemudharatan yang tengah menimpanya.
BEKAM,
CARA PENGOBATAN TERBAIK
Dari
Jabir RA, bahwa ada seorang wanita Yahudi dari penduduk Khaibar memasukkan racun
ke dalam daging domba yang dipanggang, lalu menghadiahkannya kepada Rasulullah
SAW. Beliau mengambil bagian kaki dan memakan sebagian darinya. Beberapa
orang sahabat yang bersamanya juga ikut memakannya. Sebagian sahabat yang
terlanjur memakannya ada yang meninggal. Lalu Rasulullah SAW melakukan
pengobatan dengan hijamah di bagian pundaknya karena daging yang terlanjur
beliau makan. Yang mengobatinya adalah Abu Hindun, dengan menggunakan
tulang tanduk dan mata pisau.
Untuk pembinaan kesehatan rohani dan
jasmani, Rasulullah SAW mengajarkan berbagai teknik pengobatan atau terapi
sebagaimana terdapat dalam Shahih Bukhari dari Said Ibnu Jabir RA dari Ibnu
Abbas RA dari Nabi SAW, bahwa Rasululllah SAW bersabda: “Kesembuhan itu ada
dalam tiga hal, yaitu dalam minum madu, sayatan alat hijamah atau sundutan api.
Namun aku melarang umatku melakukan sundutan.” Bahkan Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya cara pengobatan paling ideal yang kalian pergunakan adalah
hijamah (bekam).” (Muttafaq ‘alaihi) Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
bersabda: “Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu
terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam (hijamah).” (HR. Ibnu Majah,
Abu Dawud) Sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan
adalah al hijamah.” (HR. Ahmad, shahih)
HUKUM
BEKAM
Imam Ghazali berpendapat, yang
dinukilkan dalam kitab Tasyirul Fiqih lil Muslimil Mu’ashir oleh Dr. Yusuf
Qardhawi: “Al Hijamah adalah termasuk fardhu kifayah. Jika di
suatu wilayah tidak ada seorang yang mempelajarinya, maka semua
penduduknya akan berdosa. Namun jika ada salah seorang yang
melaksanakannya serta memadai, maka gugurlah kewajiban dari yang lain.
Menurut saya, sebuah wilayah kadang membutuhkan lebih dari seorang. Tapi yang
terpenting adalah adanya jumlah yang mencukupi dan memenuhi seukuran
kebutuhan yang diperlukan. Jika di sebuah wilayah tidak ada orang yang
Muhtajib (ahli bekam), suatu kehancuran siap menghadang dan mereka akan
sengsara karena menempatkan diri di ambang kehancuran. Sebab Dzat yang menurunkan
penyakit juga menurunkan obatnya, dan memerintahkan untuk menggunakannnya serta
menyediakan sarana untuk melaksanakannya, maka dengan meremehkannya berarti
sebuah kehancuran telah menghadang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar