KASUS
DALAM PENERAPAN ILMU TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
Dini
Andriyani / 39411384
Ia
Damayansis / 38411168
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
BAB 1
LATAR
BELAKANG
Seseorang
menggunakan teknologi karena ia memiliki akal dengan akalnya ia ingin keluar
dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman, mudah, nyaman dan sebagainya.
Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya
untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Jenis-jenis pekerjaan yang
sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa
digantikan oleh perangkat-perangkat mesin, seperti komputer, kendaraan, handphone, dan
lain sebagainya. Pada satu
sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah
membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Meskipun
ada dampak negatifnya atau kelemahan dari kemajuan IPTEK. Namun hal ini seolah
diabaikan oleh manusia.
Ternyata arus globalisasi tidak
luput menghampiri masyarakat dan sedikit banyak memberikan dampaknya, tak
terkecuali pada masyarakat pedesaan yang sering dilukiskan sebagai masyarakat
yang masih tradisional. Ciri-ciri masyarakat desa
sebagai masyarakat, dimana warganya mempunyai hubungan
yang lebih erat dan mendalam, sistem kehidupannya berkelompok atas dasar
kekeluargaan dan pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani (Soerjono
Soekanto, 1983).
Fokus perhatian pada kasus yang akan
dibahas adalah dampak dari masuknya teknologi dan inovasi-inovasi seperti
handpone dan alat inovasi dalam bidang pertanian pada masyarakat pedesaan di
desa Purwodadi, kecamatan Tembarak, kabupaten Temanggung. Hal ini dikarenakan di
desa tersebut masih sangat minim pengetahuan tentang kegunaan teknologi serta
cara memanfaatkan teknologi. Harapan dari pembahasan kasus ini yaitu supaya
masyarakat umum dan khususnya desa purwodadi dapat meningkatkan kemauan untuk
belajar dan mengetahui ilmu teknologi yang lebih baik.
BAB II
KASUS BERDASARKAN FAKTA
Kasus yang banyak terjadi di desa
Purwodadi, kecamatan Tembarak, kabupaten Temanggung, dan mungkin tidak hanya
didaerah tersebut, melainkan di kebanyakan masyarakat pedesaan juga terjadi hal
serupa, anak-anak yang orang tuanya bukan orang kaya sekalipun bisa memiliki
handphone berfasilitas kamera, motor keren, bahkan mungkin orang tuanya
terpaksa berhutang untuk memenuhi keinginan anaknya. Para orang tua yang masih
memiliki cara berpikir “ndeso”, tidak benar-benar mengetahui apa yang
sebenarnya dibutuhkan “anak jaman sekarang”. Sehingga ketika anak-anaknya
menginginkan sesuatu dengan dalih, “jaman sekarang, kalau tidak punya barang
itu, bisa begini, begini, dan begini”, maka mereka pun akan langsung berusaha
memenuhinya. Sekalipun bila anak-anak mereka menyodorkan produk berharga tinggi
seperti, misalnya handphone mid end berfasilitas kamera dan mp3. padahal ada
handphone dengan harga lebih murah walau tentu berfitur standar.
Perubahan pola komunikasi ini
kemudian akan mengubah standar ekonomi masyarakat. Masyarakat, terutama orang
tua, dituntut untuk memiliki penghasilan lebih demi mengikuti perkembangan ini.
Kenyataan bahwa perbedaan antara barang mewah dan barang biasa menjadi semakin
kabur, membuat tuntutan ini terkadang terasa semakin berat. Standar dari
kemewahan terus berubah dan semakin menuntut perkembangan ekonomi masyarakat di
tengah semakin sulitnya persaingan ekonomi di antara masyaraka. Bagi yang tidak
mampu mengimbangi akan semakin tersisih dan lama kelamaan akan tersingkir bila
ia tetap tidak bisa beradaptasi dansurvive. Hal ini tentunya akan semakin
sulit bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan (skill) atau koneksi
yang dapat membantu untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Segi positif perkembangan ini
memang membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses informasi. Setiap orang
dapat mengakses informasi apapun yang mereka butuhkan dari seluruh dunia. Namun
penyebaran informasi ini terkadang tidak terkendali. Begitu banyak informasi
yang memerlukan pertumbangan lebih lanjut untuk disebarkan secara bebas tanpa
pengawasan. Hal ini sering kali menghasilkan efek samping negatif pada
anak-anak di bawah umur yang dengan bebasnya menyaksikan dan mempelajari
hal-hal tidak atau belum layak untuk mereka konsumsi dari berita yang
publikasinya dilakukan tanpa melalui proses sensor yang benar.
Selain itu, aplikasi pada HP yang
semakin canggih memungkinkan kita mengakses informasi-informasi yang jika
dimanfaatkan dengan positif, maka hasilnya juga akan positif. Katakanlah HP
yang bisa mengakses internet, maka kita bisa browsing dan tidak mustahil
masyarakat yang ada di pedesaan bisa mencari informasi mengenai pupuk,
alat-alat pertanian mutakhir dan lain sebagainya. Namun kenyataannya penggunaan
HP dikalangan masyarakat desa belum terlalu optimal. Seandainya penggunaan HP
bisa dioptimalkan dalam hal positif, bisa dibayangkan jika pemuda-pemuda desa
menggunakan kecanggihan HP miliknya untuk membantu orang tuanya dalam hal
mencarikan informasi terkait pertanian, sehingga penghasilan keluarga bisa
meningkat. Tidak malah menggunakannya untuk mengakses dan menyimpan video-video
porno sehingga memicu terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
Selain maraknya penyimpangan yang
dilakukan oleh pemuda desa, dampak yang lain yang timbul dari penggunaan
handphone yaitu kurangnya interaksi masyarakat akibat intensitas pertemuan
antar anggota masyarakat yang mulai berkurang. Contoh yang kecil katakanlah
dalam keluarga. Dulu ketika lebaran, hal penting selain membayar zakat dan
sholat ‘iid dan hukumnya “wajib” bagi masyarakat umum yaitu silaturraami,
berjabat tangan dan bertegur sapa saling memaafkan secara langsung. Namun
dengan kecanggihan masa kini, dimungkinkan untuk kita tidak harus bertatap muka
dan berjabat tangan secara langsung jika sekedar mau bermaaf-maafan, bisa
dengan telpon, SMS, video call dan fitur-fitur lain. Ini menunjukkan bahwa
dalam masyarakat pedesaan saat ini telah terjadi pergeseran nilai yang dulu
sangat amat dijunjung tinggi yaitu nilai kebersamaan dan saling bersilaturahmi.
Menurut Ferdinant Tonnies,
masyarakat pedesaan yang dicirikan sebagai masyarakat Gemeinschaft memiliki
ciri salah satunya yaitu kepentingan bersama lebih dominan dengan kata lain
kehidupan bersama ikatan lahiriah yang bersifat jangka panjang. Indikatornya
yaitu adanya nilai yang menjunjung tinggi kebersamaan. Namun, adanya teknologi
informasi dan komunikasi yang berbentuk HP maka nilai kebersamaan ini pada
masyarakat desa mulai berkurang, intensitas pertemuan dengan tatap muka
langsung dan berinteraksi secara langsung juga berkurang, sehingga menyebabkan
pergeseran kebudayaan kebersamaan yang ada pada masyarakat pedesaan.
Belum lagi masalah peningkatan
urbanisasi juga tidak sedikit yang disebabkan oleh hal ini. Kebanyakan anak
muda di desa ini menganggap hebat bila ada yang bisa bekerja di kota besar
seperti Jakarta atau menjadi TKI di luar negeri. Sebab seakan-akan telah terjadi
pergeseran pemikiran para pemuda desa yang menganggap jika bisa keluar desa
untuk merantau, entah itu ke kota-kota besar atau keluar negeri, maka telihat
keren, gaya, pulang setahun sekali, bisa menenteng tas besar, berpakaian dan
berpenampilan necis, bisa terlihat keren, gaya dan sedang trend. Akibatnya,
tidak sedikit yang malah terpancing masuk ke pergaulan bebas, dunia undercover
kota besar, ataupun terlibat kasus TKI ilegal. Akibat yang lain yaitu angka
pekerja muda pertanian semakin berkurang. Sehinga ketika panen tiba, para
petani sulit mencari buruh tani untuk membantu pekerjaan disawah. Jika terpaksa
tidak bisa menangani pekerjaan disawah sendiri, mereka harus mencari buruh tani
dari luar desa yang itupun jika dapat yang sudah berumur. Tidak hanya
petani dengan lahan yang luas yang resah, petani kecilpun juga mulai bingung
karena usia mereka mulai lanjut akan ttetapi tidak ada generasi penerus yang
meneruskan pekerjaan disawah. Dikhawatirkan maka mereka suatu hari akan menjual
sawah mereka karena memang usia sudah tida mendukung bekerja keras disawah dan
lebih lagi karena tidak adanya anak-anak mereka yang meneruskan pekerjaan
disawah karena pergeseran pola pemikiran pemuda desa yang lebih suka bekerja
dsektor non-agraris, meskipu itu bekerja jadi buruh pabrik atau apapun yang
penting tetapbersih dan jauh dari lumpur sawah.
Fenomena diatas dari perspektif
sosiologi dapat dipahami sebagai gejala pergeseran nilai dan budaya yang ada
dimasyarakat pedesaan. Jika dahulu bekerja disawah adalah pekerjaan utama, tapi
tidak untuk saat ini. Banyak pemuda yang malah keluar desa dan bekerja diluar
agraris. Padahal Indonesia adalah Negara agraris disamping Negara maritime.
Namun jika para pemuda, generasi penerus orang-orang tua semakin meninggalkan
budaya turun temurun tersebut, maka bila kita memberikan prediksi ekstrim
mengenai kehidupan ini bisa saja kelak petani-petani akan menggunakan iklan
untuk mencari buruh tani yang bisa diupah. Ini menunjukkan pula pergeseran
struktur social yang ada pada masyarakat pedesaan. Atau bahkan bisa saja kelak
label Indonesia sebagai Negara agraris perlahan tapi pasti hilang dan berganti
dengan Negara yang kehilangan jati dirinya.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan. Contoh kasus beserta analisis diatas menghasilkan
kesimpulan bahwa penggunaan teknologi maupu inovasi dibidang pertanian akan
memberikan dampak bagi masyarakat desa, baik itu dampak positif maupun dampak
negatif yang mengena pada segi-segi kehidupan masyarakat pedesaan. Semua itu kembali kepada individu yang menjalani, bagaimana ia
memanfaatkan dan akan digunakan untuk apa teknologi tersebut. kita semua
mengharapkan masyarakat dapat menggunakan fasilitas teknologi yang ada dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan keperluan masing-masing dan untuk hal yang
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Arief. 2013. Ilmu teknologi
dan pengetahuan lingkungan : Jakarta
Faudillah, Alhada.
2012. Studi kasus dampak masuknya teknologi modern pada masyarakat desa. Unversitas airlangga: Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar