BAB
I
LATAR
BELAKANG
Perkembangan industri dewasa ini telah memberikan
sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia. Di lain pihak hal tersebut
juga memberi dampak pada lingkungan akibat buangan industri maupun eksploitasi
sumber daya yang semakin intensif dalam pengembangan industri. Kondisi ini
seharusnya dipahami bahwa harus ada transformasi kerangka kontekstual dalam
pengelolaan industri, yakni keyakinan bahwa: operasi industri secara
keseluruhan harus menjamin sistem lingkungan alam berfungsi sebagaimana
mestinya dalam batasan ekosistem lokal hingga biosfer. (Hambali, 2003).
Berbagai industri selain
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia juga menghasilkan buangan atau
limbah. Limbah adalah suatu benda atau zat yang dapat mengandung berbagai bahan
yang dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta makhluk hidup lainnya. Industri tahu sebagai
salah satu industri primer (pertanian), dalam proses
pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah padat maupun cair. Limbah padat (Whey) dihasilkan dari proses penyaringan
dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah
menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi
tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan
cake.
Sedangkan limbah
cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan
tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair
tahu umumnya memiliki karakteristik kandungan bahan organik tinggi sehingga kadar
BOD, COD yang dimilikinya juga relatif tinggi cukup tinggi. Limbah tersebut jika langsung dibuang ke badan
air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan. Sehingga industri
tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko
beban pencemaran yang ada.
Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan
pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi
juga mengandung resiko lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri
disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Dalam tulisan ini akan dibahas pencemaran dari
limbah industri pertanian yaitu pabrik tahu
BAB II
KASUS DAN PEMBAHASAN
2.1 Rona Lingkungan
Rona
lingkungan yang dikemukakan dalam kajian ini dibatasi bukan pada aktivitas fisik
(proyek) tapi pada kondisi lingkungan berkaitan operasional kegiatan pabrik. Rona
lingkungan lingkungan wilayah sekitar pabrik yang akan dikaji secara sekilas
meliputi:
a.
Fisik dan kimia,
merupakan daerah pemukiman padat, pertokoan, terdapat jalan raya utama dan
terdapat sungai dengan kondisi relatif jernih tidak berbau relatif mengalir
deras,
b.
Biologi,
terdapat tumbuhan sungai, ikan, merupakan daerah persawahan dengan berbagai
usaha (padi, jagung dan kacang tanah)
selain itu terdapat pula tanaman lainnya seperti mangga, pisang dan aneka
tanaman pohon.
c.
Sosial budaya, sebagai
daerah desa-kota masyarakat setempat masih menggunakannya untuk mandi, cuci dan
buang air besar, namun demikian terdapat masyarakat yang telah maju dengan
perumahan yang baik dan tingkat pendidikan relatif tinggi.
d.
Ekonomi,
merupakan jalur utama antar kota kecamatan dan kabupaten maka arus aktivitas
ekonomi (perdagangan) relatif lancar dengan berbagai kegiatan penduduk
disekitarnya seperti pertukangan, pertokoan, warung dan perbengkelan serta
pertanian. Secara gambar rona lingkungan wilayah pabrik dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar
1. Peta situasi perumahan daerah sekitar pabrik tahu Purnomo
2.2 Hasil Pengamatan
Proses
pembuatan tahu relatif sederhana, protein nabati dalam bahan baku diekstraksi
secara fisika dan digumpalkan dengan koagulan asam cuka (CH3COOH)
dan batu tahu (CaSO4 nH2O) (Santoso, 1993). Dalam pemrosesannya, tiap tahapan proses
umumnya menggunakan air sebagai bahan pembantu dalam jumlah yang relatif
banyak. Menurut Nuraida (1985), untuk
tiap 1 kg bahan baku kedelai dibutuhkan rata-rata 45 liter dan akan dihasilkan
limbah cair berupa Whey tahu
rata-rata 43,5 liter. Mengingat bahwa bahan dasar tahu adalah kedele (dengan BO
tinggi) maka Whey umumnya mengandung
bahan-bahan organik berupa protein 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak
10% (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987) dan dapat segera terurai dalam lingkungan
berair menjadi senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI –
Bapedal, 1994).
Husin
(2003), melaporkan bahwa air buangan industri tahu mengandung BOD 3250 mg/l,
COD 6520 mg/l, TSS 1500 mg/l dan nitrogen (N) 1,76 mg/l. Apabila dibandingkan
dengan baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai dengan Kep Men LH.
No. Kep 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri,
kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD, COD dan TSS berturut-turut adalah
50, 100 dan 200 mg/l, maka jelas bahwa limbah cair industri tahu melebihi baku
mutu yang dipersyaratkan.
Industri tahu dalam proses
pengolahannya sebenarnya menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah padat
dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh
pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan
ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar
pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses
pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah
cair yang dihasilkan sangat tinggi. Mengingat Limbah cair tahu dengan
karakteristik mengandung bahan organik tinggi maka kadar BOD, COD nya relatif cukup
tinggi pula, sehingga jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan
menurunkan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu sesungguhnya industri tahu
memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban
pencemaran yang ada.
2.3 Solusi Perbaikan
Berdasarkan kasus dari pengamatan di
atas maka dibutuhkan perbaikan-perbaikan agar pembuangan limbah dan khususnya
limbah tahu tidak lagi merusak lingkungan sekitarnya. Berikut usulan perbaikan
yang layak dijadikan solusi bersama:
1.
Perbaikan
teknologi pengolahan limbah
2.
Perilaku
masyarakat untuk MCK khusus tidak disungai
3.
Pemantauan
terhadap buangan limbah harus benar-benar dilaksananakan
4.
Penegakan Perda
secara konsisten
5.
Kerjasama lintas
sektor untuk pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan
DAFTAR
PUSTAKA
EMDI
– BAPEDAL, 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia: Sumber
Pengendalian Baku Mutu EMDI – BAPEDAL.
Farizd,
Raden. 2012. pencemaran dari limbah industri
pertanian pabrik tahu. Universitas trunojoyo Madura: Madura
Hambali.
(2003). Analisis Resiko Lingkungan
(Studi Kasus Limbah Pabrik CPO PT Kresna Duta Agroindo Kabupaten Merangin,
Jambi). Program Pascasarjana, Program Studi Magister Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
Husin,
A. 2003. Pengolaha Limbah cair industri
Tahu, menggunakan Biji kelor (Morinaga
oeleifera Seeds) Sebagai Koagulan, Laporan Penelitian Dsen Muda, Fakultas
Teknik USU.
Nurhasan
dan Pramudyanto, B. B., 1991. Penanganan
Air Limbah Tahu. Yayasan Bina Karya Lestari, Jakarta.
Santoso,
H. B. 1993. Tempe dan Tahu kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar